Waktu berlalu, dan aku pun lulus SD serta melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Saat kelas VII dan VIII SMP, aku sempat berhenti mengikuti les Mandarin karena merasa jenuh dan kehilangan motivasi akibat pandemi. Namun, saat kelas IX SMP, aku kembali bersemangat belajar bahasa Mandarin melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut, aku mendapatkan ilmu yang lebih banyak tentang bahasa Mandarin. Laoshi (panggilan untuk “guru” dalam bahasa Mandarin) yang mengajarku waktu itu pun sangat dekat dengan kami, anggota ekstrakurikuler. Kami sering kali berbagi ilmu dari drama Cina yang kami tonton. Fun fact, pelajaran Mandarin di SMP-ku hanya ada di kelas IX.
Kembali ke topik, selama mengikuti ekstrakurikuler, aku jarang sekali bolos. Terlebih lagi, ada jadwal kegiatan berupa praktik dialog, yang menurutku sangat seru dan menantang. Tidak terasa, tujuh bulan pun telah berlalu. Saat itu, Laoshi di SMP-ku menawarkan kami untuk mengikuti lomba sulih suara (dubbing) yang diselenggarakan oleh Universitas Tanjungpura. Aku sangat tertarik, tetapi sayangnya aku tidak bisa mengikuti karena sudah mendekati masa kelulusan. Sebenarnya, ekstrakurikuler bahasa Mandarin ini hanya bisa diikuti sampai semester I. Hal ini karena di semester II kami harus fokus pada kelulusan. Meskipun demikian, aku mampu menyeimbangkan waktuku untuk fokus pada kegiatan ekstrakurikuler dan persiapan kelulusan secara sekaligus.
Setelah lulus SMP, aku melanjutkan pendidikan di SMA Santo Paulus Pontianak. Sekolah ini telah menyediakan mata pelajaran Bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Kami diajar oleh Laoshi Fransiska Kurnia Wati (atau akrab dipanggil Laoshi Siska). Pembelajaran dengan Laoshi Siska membuat minatku terhadap bahasa Mandarin semakin tinggi hingga aku bertekad untuk lebih mahir dalam berbahasa Mandarin. Laoshi Siska mengajarkan kami dari dasar, mulai dari huruf vokal dan pelafalan nada, lalu memberikan tugas. Salah satu tugasnya adalah membuat video tentang "这是我的事表" (Zhè shì wǒ de shíjiān biǎo), kesempatan bagiku untuk menceritakan tentang jadwal keseharian, mulai dari Qǐchuáng (bangun tidur) hingga Shuìjiào (tidur).
Sekarang, aku merasa telah menemukan tempat dan sumber yang cocok untuk mengembangkan potensiku dalam bidang ini. FYI, di kelas tingkat selanjutnya, Laoshi Siska juga mengajarkan HSK, kepanjangan dari Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì (汉语水平考试). HSK adalah ujian standar internasional untuk mengukur kemampuan berbahasa Mandarin bagi penutur non-pribumi, baik untuk mereka yang belajar Mandarin sebagai bahasa kedua maupun asing. HSK terdiri dari beberapa tingkat, mulai dari HSK 1 hingga HSK 6, dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat. Ujian ini menguji keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis dalam Bahasa Mandarin, dan hasilnya sering digunakan untuk keperluan akademis, pekerjaan, atau imigrasi ke negara-negara berbahasa Mandarin, terutama Cina.