Perkenalkan, nama saya Ika Santy Anggry Belladona. Saya adalah salah satu guru SMA Santo Paulus Pontianak yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu, siswa/i biasanya memanggil saya Mam Ika. Pada tahun ajaran 2024/2025, saya mengampu mata pelajaran pilihan Bahasa Inggris Tingkat Lanjut untuk kelas XII. Dalam proses pembelajaran itu, saya menugaskan proyek berjudul “Water Pollution” kepada dua rombel yang saya pegang. Detailnya dapat Sobat Paulus simak melalui tulisan di bawah.
Di tengah hiruk-pikuk Kota Pontianak yang dikelilingi oleh sungai dan aliran air, dua rombel siswa kelas XII melaksanakan sebuah proyek pendidikan yang berfokus pada isu penting yang sering kali terabaikan—polusi air. Proyek yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu ini tidak hanya relevan dengan kondisi geografis Kota Pontianak, tetapi juga memberi siswa pemahaman yang lebih dalam tentang masalah lingkungan yang terjadi di sekitar mereka.
Pontianak menjadi kota yang sangat bergantung pada keberadaan sungai. Kondisi inilah yang menjadi alasan utama mengapa proyek ini diangkat sebagai topik pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut yang diampu oleh Mdm. Ika Santy Anggry Belladona, S.S., atau akrab disapa Mam Ika. Beliau berharap agar proyek ini menciptakan pembelajaran yang lebih terhubung dengan realitas lingkungan siswa, sekaligus membangun kesadaran kritis mereka terhadap masalah polusi air di sekitar mereka. Siswa tidak hanya belajar bahasa Inggris dalam konteks teori, tetapi juga dalam praktik yang nyata. “Saya membuat proyek ini menjadi ‘tempat bermain’ yang ideal bagi mereka,” ujar Mam Ika.
Siswa-siswa yang terlibat dalam proyek ini menunjukkan antusiasme yang tinggi. Faktanya, mereka lebih suka melakukan praktik lapangan dibandingkan sekadar belajar teori di kelas. Menurut mereka, teori bisa dicari di internet, tetapi pengalaman praktis adalah hal yang tidak dapat digantikan. Sebagai bagian dari proyek ini, siswa sebelumnya diminta untuk melakukan latihan mencari titik-titik aliran air yang terpolusi di sekitar sekolah. Mam Ika kemudian memperluas skala observasi ke seluruh kota Pontianak sesuai kesepakatan bersama. Dalam hal ini, siswa diberikan kebebasan untuk mendiskusikan dan merencanakan langkah-langkah observasi, serta menyusun pertanyaan yang akan diajukan kepada responden lokal di sekitar tempat observasi tersebut.
Setelah sesi diskusi selesai, siswa melakukan observasi langsung terhadap kondisi aliran air (selokan, parit, atau sungai) yang telah terpolusi di Kota Pontianak. Mereka merekam temuan mereka, melakukan wawancara dengan penduduk lokal (termasuk pedagang), dan kemudian mempresentasikan hasilnya di kelas menggunakan media PowerPoint. Siswa juga diminta untuk membuat video dokumentasi, laporan penelitian, dan refleksi pribadi atas penyelesaian proyek ini.
Namun, proyek ini tidak berjalan tanpa tantangan. Ketika melakukan presentasi, banyak siswa yang kesulitan menjelaskan apa yang mereka lakukan selama proyek berlangsung, terutama mereka yang kurang percaya diri dalam kemampuan berbicara (speaking) bahasa Inggris. Sebagai tindak lanjut, Mam Ika memberikan alternatif tugas berupa pembuatan poster tentang polusi air sebagai bentuk implementasi dari diferensiasi produk.