Terus Bereksperimen dengan Belajar Daring, Jangan Sampai Cemen
Terus Bereksperimen dengan Belajar Daring, Jangan Sampai Cemen!
Tahun 2020 dan 2021 adalah tahun transformasi yang begitu bersejarah bagi dunia pendidikan. Pandemi Covid-19 telah merobohkan dinding semu yang menyekati sektor pendidikan dengan canggihnya teknologi masa kini. Inovasi yang dibangun oleh para pemikir pada akhirnya dapat menjembatani peserta didik dan pendidik agar dapat saling berinteraksi meskipun terpisahkan oleh jarak dan waktu. Teknologi penunjang pembelajaran sinkron dan asinkron kini ibarat saluran pipa yang mengalirkan ilmu pengetahuan dengan begitu deras.
Awalnya, kita mungkin kaku. Kita tidak lincah bergerak. Kita hanya berani maju per langkah. Tak terpikirkan untuk maju dua tiga langkah, apalagi melompat ke depan. Ibarat terjadi hujan badai, kita dengan begitu sigapnya berlari, memberanikan diri, dan maju dengan menjinjing inovasi. Mungkin kita kelelahan, tetapi hujan badai itu ternyata membuka pintu kemajuan. Kita harus berani menerima dinamika yang terjadi, termasuk dalam hal ini sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Sekarang, kita punya pilihan baru untuk belajar. Ya, pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pilihan yang awalnya begitu sulit dilakukan. Semua praktisi pasti sudah tahu alasannya. Namun, ada juga yang tampil gemilang, loh. PJJ telah menghadirkan pelangi bagi langit pendidikan. Baik orang muda dan tua dengan cekatnya bereksplorasi membangun jembatan penghubung pengetahuan.
Sumber: https://bisnis.tempo.co
Sumber: https://storyset.com/
illustration
Kita juga mesti mengilhami maksud Merdeka Belajar yang dicetus oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. Merdeka Belajar bukan berarti sesuka hati mau belajar atau tidak. Merdeka Belajar adalah suatu prinsip yang menekankan bahwa pembelajaran di kelas harus diwarnai oleh kebebasan pendidik dan peserta didik dalam menggaungkan kreativitas dan inovasi, tetapi masih dalam rambu-rambu kurikulum.
Ketika guru bertanya kepada siswanya hasil dari 10 + 10, siswa tidak diberi kebebasan yang luas untuk mengekspresikan jawabannya, selain mengatakan “20”. Sekarang, guru bisa membalik pertanyaannya agar menjadi soal terbuka (open-ended question): Sebutkan dua bilangan yang bila dijumlahkan hasilnya 20. Banyak penelitian, salah satunya Maharani (2014), telah membuktikan bahwa pengajuan soal terbuka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan ini merupakan salah satu cara mewujudkan Merdeka Belajar di dalam kelas. Selain itu, kreatif juga merupakan salah satu dari 6 profil Pelajar Pancasila yang digaungkan oleh Mas Menteri.
Lalu, bagaimana cara beradaptasi dengan baik untuk mengimplementasikan PJJ? Apakah sarana dan prasarana menjadi penentu utama kelancaran PJJ? Atau mungkin ada faktor yang lain. Yep, seharusnya ada faktor yang lain. Salah satunya adalah sumber daya manusia. Ketiadaan sarana dan prasarana memang akan memutuskan kesempatan PJJ. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa kesediaan sarana dan prasarana tanpa diimbangi oleh eksistensi sumber daya manusia yang mumpuni juga akan menghadirkan masalah.
“Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru”
Saatnya kita mengilhami pesan di atas dari Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Kita harus terus belajar untuk menyesuaikan perubahan ke arah yang lebih baik, di mana pun dan bersama siapa pun. Bukanlah suatu kesalahan ketika orang tua berguru kepada anak muda tentang mengotak-atik peranti demi melangsungkan PJJ.
Berbicara sebagai pendidik mata pelajaran Matematika di salah satu sekolah swasta di Kota Pontianak, pembelajaran adaptif (adaptive learning) terus saya lakukan agar esensi belajar daring dapat dirasakan oleh setiap peserta didik. Ah, rasanya kita mesti sahabatan dengan perangkat-perangkat elektronik, seperti HP dan laptop, agar hal tersebut dapat terjadi.
Kita bisa karena biasa. Ya, itulah quote yang laris manis dipakai untuk menyemangati orang yang menjalani proses belajar. Pada mulanya, saya sulit sekali menjalankan pembelajaran secara daring. Ini dikarenakan kurangnya kebiasaan menatap banyak lawan bicara melalui layar perangkat. Jadi, jangan ragu bila ada yang menduga pertemuan pertama saya dengan siswa-siswi terbilang kaku. Ditambah lagi kenyataan bahwa kami belum saling mengenal satu sama lain. Seiring dengan berlarinya (bukan lagi berjalan) waktu, rasa kaku itu mulai memudar, hitam menjadi abu-abu.
Nah, sekarang tantangan pun muncul. Bagaimana caranya mengenal siswa dalam keadaan terbatas oleh waktu dan tidak bertatap secara langsung? Tentu saja, mengenal seseorang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Satu dua kali pertemuan jelas tidak cukup untuk menarik kesimpulan bagaimana sifat dan tabiat orang tersebut. PJJ yang dilaksanakan dengan memanfaatkan aplikasi telekonferensi Zoom hanya berlangsung sekitar 40–50 menit per pertemuan dan dalam 1 bulan hanya ada 2–3 pertemuan. Hal ini mengindikasikan bahwa saya hanya diberikan kesempatan 3 kali untuk menatap rupa siswa. Jelas dong, fakta tersebut tidak cukup untuk mengenal mereka lebih dalam.
Sebagai tambahannya, saya meminta kepada setiap ketua kelas untuk membuat grup khusus mata pelajaran yang anggotanya per kelas. Kebijakan ini dapat dikatakan efektif. Segala informasi dapat langsung tersampaikan di sana. Kita juga bisa saling menyapa dan berdiskusi di sana. Seru juga meskipun hanya melalui obrolan (chat) dan pesan suara (voice note).
Mengampu Matematika saat PJJ memberi tantangan tersendiri. Semua orang mungkin tahu bahwa Matematika identik dengan perhitungan dan coretan-coretan. Padahal, perangkat pembelajaran untuk menulis sangat terbatas. Namun, saya mencoba untuk bersahabat dengan fitur Equation pada Ms. PowerPoint.
Selain itu, masalah lain yang menghampiri adalah pasifnya peserta didik saat proses pembelajaran tengah berlangsung. Untuk mengatasi hal tersebut, saya menggunakan Sistem Pemberian Bintang. Setiap siswa yang aktif berargumentasi saat sesi Zoom diberikan sejumlah bintang yang fungsinya menambah nilai mereka sebesar beberapa poin. Dalam pendidikan, sistem ini termasuk dalam reward and punishment. Selain itu, saya juga memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengoreksi kesalahan. Kesalahan itu sengaja dimunculkan dalam file PPT materi yang diberikan dengan imbalan berupa bintang. Mumpung saya mengelola blog mathcyber1997.com (Sukardi, 2021), bintang beserta nilai yang mereka peroleh saya olah di sana. Ya, sambil tenggelam (baca: menyelam) minum air, kalau kata orang begitu.
Keluh Kesah Selama PJJ dan Learning Loss. Ada kaitan?
PJJ memang menjadi alternatif agar proses pembelajaran dapat berjalan meskipun tanpa tatap muka secara langsung. Namun, PJJ juga menimbulkan sejumlah keluhan bagi kebanyakan siswa yang didukung oleh hasil survei Komisi Perlindungan Anak dan Indonesia (KPAI) sejak tahun 2020 seperti yang tampak pada grafik berikut (Rizaty, 2021).
Fakta ini memberikan kita gambaran bahwa PJJ tidak semestinya berjalan permanen tanpa dibarengi dengan PTM. Meminimalisir terjadinya tekanan pada peserta didik yang harus belajar dari rumah merupakan usaha kita bersama untuk mengurangi risiko atas diimplementasikannya PJJ.
Learning loss itu benar-benar nyata, loh. Ketakutan bagi semua praktisi pendidikan, tentunya. Menurut The Glossary of Education Reform (2013), istilah learning loss mengacu pada hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang disebabkan oleh ketidakberlangsungan pembelajaran yang berkelanjutan. Sekolah dan guru harus berjuang untuk mengadopsi alternatif berbasis daring untuk memberikan arahan, penilaian, dan akuntabilitas (M. Kuhfeld, 2020). Jika tidak, peluang learning loss terjadi akan semakin besar. Mendikbudristek Indonesia, Mas Nadiem Makarim, mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) harus segera dilakukan agar anak tak mengalami learning loss akibat berdiam diri di rumah dalam waktu yang lama (CNN Indonesia, 2021). Terlebih lagi, World Bank melalui Yarrow (2020) memprediksi bahwa skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia akan semakin memburuk akibat pandemi COVID-19. Padahal, Indonesia sudah menduduki posisi ke-72 dari 78 negara pada tahun 2018 (OECD, 2019).
PTM dan PJJ memang sekarang temenan. Namun, PJJ tidak bisa seutuhnya menggantikan PTM. PJJ ibarat barang komplementer (pelengkap), bukan barang substitusi. PJJ memang fleksibel, tak perlu terikat dengan tempat. Namun, kehadiran orang-orang dalam satu tempat justru akan memperbesar api lilin solidaritas karena menghadirkan interaksi yang lebih kuat.
Alangkah baiknya kita menganggap PJJ sebagai suatu momentum yang terjadi seumur hidup sekali. PJJ bukan kilah untuk terus mengeluh karena materi tidak tersampaikan atau tidak diterima dengan baik. Berpikirlah positif karena pandemi telah membuat kita semakin bersahabat dengan teknologi. Pandemi juga membuka mata kita untuk tidak boleh gagap teknologi (gaptek). Kita seperti dipaksa maju ke arah yang positif. Kreativitas dan inovasi mungkin datang silih berganti. Yang terpenting adalah kita harus semangat dan terus bereksperimen, bukan malah jadi cemen.
#LombaBlogUnpar #BlogUnparBelajarDaring
Saya adalah guru mata pelajaran Matematika di SMA Santo Paulus Pontianak. Mengajar sekaligus berkarya melalui blog sambil menuliskan keabadian adalah aktivitas rutin saya setiap harinya.
Sukardi, S.Pd.
REFERENSI
CNN Indonesia. 2021. Mengenal Learning Loss, Kondisi yang Ditakutkan Nadiem. (Online). Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210922183800-284-698049/mengenal-learning-loss-kondisi-yang-ditakutkan-nadiem. Diakses pada 3 Oktober 2021.
Maharani, H.R. 2014. Creative Thinking in Mathematics: Are We Able to Solve Mathematical Problems in a Variety of Way?. International Conference on Mathematics, Science, and Education 2014 (ICMSE 2014), Faculty of Mathematics and Natural Sciences: Semarang State University.
M. Kuhfeld et al., 2020. Projecting the potential impacts of COVID-19 school closures on
academic achievement. Educ. Res. 49, 549–565.
OECD. 2019. PISA 2018 Results. (Online).
https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm. Diakses pada 30 September 2021.
Rizaty, Monavia Ayu. 2021. Tugas Menumpuk Jadi Kesulitan Terbesar Siswa saat Belajar Jarak Jauh. (Online).
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/22/tugas-menumpuk-jadi-kesulitan-terbesar-siswa-saat-belajar-jarak-jauh. Diakses pada 7 Oktober 2021.
Sukardi. 2021. Daftar Bintang dan Daftar Nilai Siswa Kelas XII MIPA TA 2021/2022. (Online).
https://mathcyber1997.com/bintang-nilai-siswa-kelas-xii-mipa-2021-2022/. Diakses pada 30 September 2021.
The Glossary of Education Reform. 2013. Learning Loss. (Online).
https://www.edglossary.org/learning-loss/. Diakses pada 29 September 2021.
Yarrow, Noah; Masood, Eema; Afkar, Rythia. 2020. Estimated Impacts of COVID-19 on Learning and Earning in Indonesia: How to Turn the Tide. World Bank, Jakarta.